Penyakit Jantung Koroner: Diagnosis & Jenis Komplikasinya

Share article

Penyakit jantung koroner: Diagnosis & komplikasinya | Dr Gerard Leong

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu jenis penyakit jantung yang cukup umum. Berdasarkan data dari Institute for Health Matrics and Evaluation, pada tahun 2019 masyarakat Indonesia yang meninggal akibat jantung koroner berada pada angka 245.343. 

Oleh karena itu, semua orang wajib mengetahui macam-macam hal tentang penyakit jantung, khususnya jantung koroner seperti cara diagnosis, jenis komplikasi, dan faktor risikonya. Dengan cepat mengetahui hasil diagnosis, penderita bisa mencegah penyakitnya untuk mengalami komplikasi yang lebih parah.

Apa itu Penyakit Jantung Koroner?

Penyakit jantung koroner adalah kondisi saat jantung tidak bisa atau tidak menerima sama sekali oksigen karena pembuluh arteri tersumbat oleh plak. Jantung koroner berkembang selama bertahun-tahun. Jika plak semakin tebal, gejala-gejala akan muncul, seperti nyeri pada dada, cepat lelah, napas pendek-pendek, hingga pingsan mendadak.

Tidak semua orang mengalami gejala-gejala yang menunjukkan indikasi jantung koroner. Oleh sebab itu, penting untuk semua orang menjaga pola hidup sehat dan menjauhi rokok serta minuman beralkohol.

Berdasarkan seberapa tebal plak yang menghalangi aliran darah di pembuluh arteri, penyakit jantung koroner ini terbagi menjadi 3:

  • Penyakit jantung koroner obstruktif. Terdapat 50% lebih diameter arteri yang terblokir.
  • Penyakit jantung koroner non-obstruktif. Terdapat kurang dari 50% pembuluh arteri tersumbat.
  • Penyakit mikrovaskular koroner. Aliran darah pada pembuluh arteri cukup kecil karena dinding pembuluh darah mengalami kerusakan.

Jantung koroner bisa disembuhkan dengan adanya penanganan dari dokter jantung. Olahraga dan makan makanan yang sehat dapat mencegah seseorang mengalami pembentukan plak dengan cepat pada pembuluh darah. Karena plak itu sudah terbentuk sejak seseorang kecil, pola hidup sehatlah yang mencegah plak itu bertambah tebal.

Diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Seorang pasien tidak bisa langsung ditetapkan sebagai pengidap penyakit jantung koroner hanya karena mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan. Ada beberapa tahapan tes, mulai dari tes dasar hingga tes yang berisiko dan harus menggunakan alat yang canggih.

Pada tahap dasar, dokter spesialis jantung akan melihat riwayat penyakit keluarga, mengukur berat badan, memeriksa tinggi tekanan darah, dan tinggi angka kolesterol, serta diabetes. Setelah melakukan serangkaian tes tersebut, dokter akan melakukan tes untuk diagnosis tahap selanjutnya.

Tes pada tahap ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar risiko dari penyakit jantung koroner yang diderita oleh pasien. Apakah pasien masih berada di level awal penyakit jantung atau sudah mengalami komplikasi lain karena telat pemeriksaan.

Berikut adalah serangkaian tes tahap lanjutan untuk mendeteksi penyakit jantung koroner.

  • Elektrokardiogram (EKG) adalah alat rekaman listrik jantung yang bekerja dengan merekam sinyal listrik yang lewat ke jantung untuk mengetahui apakah jantung berdetak dengan teratur atau tidak.
  • Echocardiogram. Alat USG jantung yang bekerja dengan membuat frekuensi tinggi yang membentuk gelombang. Hasilnya adalah penampakan jantung yang bergerak.
  • Uji stres dengan menggunakan obat-obatan atau olahraga.
  • MRI jantung bekerja dengan magnet dan menampilkan bagaimana fungsi dan struktur jantung secara detail.
  • Tes tekanan nuklear membantu mendiagnosis mikrovaskular koroner dengan melihat aliran darah melalui pembuluh koroner dan ke jantung. Caranya adalah dengan menyuntikkan sedikit bahan radioaktif melalui cairan IV.
  • CT angiografi adalah CT scan yang menggunakan sinar X untuk melihat aliran darah pada arteri koroner.
  • Angiografi invasive bekerja saat dokter memasukkan kateter ke pembuluh jantung, lalu menyuntikkan cairan pewarna untuk melihat sumbatan melalui sinar X.

Komplikasi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner yang sudah terlalu lama atau tidak segera diberi perawatan kemungkinan akan semakin parah dan mengalami komplikasi. Berikut ini adalah beberapa jenis komplikasi parah jika seseorang mengalami penyumbatan pembuluh darah oleh plak.

1. Gagal Jantung

Gagal jantung atau yang dikenal juga dengan insufisiensi jantung adalah kejadian saat penyakit jantung koroner lambat laun membuat jantung menjadi lemah. Jika bagian jantung kiri yang melemah, maka akan berpengaruh pada pembuluh arteri. Darah yang harusnya dipompa dari paru-paru ke seluruh tubuh malah akan tetap mengendap di pembuluh arteri tersebut.

Sebaliknya jika jantung sebelah kanan yang melemah, pembuluh vena yang akan terdampak. Darah yang seharusnya dialirkan dari organ dan jaringan ke jantung, malah tetap bertahan di vena. Ini dapat menyebabkan bengkak di kaki, perut, atau hati.

2. Serangan Jantung

Ketika pembuluh darah sudah tersumbat sepenuhnya atau hampir sepenuhnya oleh plak, maka saat itulah seseorang akan mengalami serangan jantung jika tidak mendapatkan perawatan dengan segera. Saat arteri menyempit, oksigen yang disediakan akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.

Hal tersebut membuat jaringan otot jantung kehilangan tenaga atau bahkan mati. Jika sampai mati, kondisinya bisa saja mengancam jiwa seseorang.

3. Aritmia

Aritmia merupakan kondisi irama jantung yang kacau atau tidak teratur akibat sistem listrik jantung, yang mengatur detak jantung, tidak bekerja dengan baik. Karena aritmia merupakan komplikasi dari PJK, gejala yang mungkin timbul juga sama, mulai dari nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, dan pingsan.

Ada jenis aritmia yang mengancam jiwa, ada juga yang tidak. Namun, tetap saja jika tidak ditangani dengan benar aritmia dapat menyebabkan henti jantung dan strok.

4. Henti Jantung

Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh untuk memperoleh pasokan oksigen. Namun saat henti jantung terjadi, jantung tidak lagi bisa memompa darah dan tidak ada lagi oksigen yang beredar. Keadaan ini sangat mengancam jiwa.

Apalagi henti jantung biasanya tidak memiliki gejala. Seseorang bisa segera pingsan dan tidak akan merespon apa-apa lagi. Biasanya saat keadaan begini, penderita harus segera mendapatkan CPR atau alat kejut jantung (defibrilator). Jika dalam waktu tertentu tidak mendapatkan penanganan, pasien bisa saja mengalami mati otak.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko yang dinilai dapat menyebabkan penyakit jantung koroner ada yang bisa dikendalikan, ada yang tidak. Meski faktor risiko ini tidak bisa dibilang mutlak merupakan penyebab menyempitnya pembuluh darah, namun faktor ini dapat memperbesar peluang seseorang mengalami jantung koroner. Berikut daftarnya.

  • Usia lanjut.
  • Riwayat keluarga.
  • Mengalami komplikasi saat kehamilan.
  • Kadar kolesterol yang tinggi.
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi).
  • Gula darah (diabetes) tinggi.
  • Lemak perut (obesitas) dan lemak darah berlebihan.
  • Sering merokok.
  • Memiliki kebiasaan stres atau depresi.
  • Gaya hidup yang buruk dan malas bergerak.
  • Pola makan tidak sehat.

Cara Konsultasi ke Klinik Jantung

Jantung koroner bukan penyakit yang bisa dianggap sepele meski tidak ada gejalanya. Segera konsultasikan dengan klinik jantung pilihan Anda untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan lebih lanjut. 

Jika masih bingung ingin berkonsultasi dengan siapa, Dr. Gerard Leong bisa menjadi pilihan Anda. Cara untuk berkonsultasi dengan beliau cukup mudah. Hubungi kontak yang tersedia pada laman website untuk membuat janji temu. Anda bisa datang untuk berkonsultasi sesuai jadwal yang ditentukan. Tunggu apa lagi? Segera periksakan kesehatan jantung Anda sedini mungkin!

Contact Form - Bahasa
Contact Form
Scroll to Top